LANGIT ADALAH ATAPKU. BUMI ADALAH PIJAKANKU. HIDUP ADALAH SAJADAH PANJANG HINGGA AKU MATI.
Selasa, 05 Desember 2017
Wah, Ancaman Pedofilia dan Kekerasan Terhadap Perempuan Meningkat
Sungguh terkejut saya mengetahui fakta bahwa tindak pidana terhadap perempuan dan anak semakin tinggi di Indonesia. Apa gerangan yang menimpa bangsa Indonesia yang dikenal bermoral dan agamis? Krisis apakah ini?
Demikian keprihatinan saya setelah mengikuti Netizen Gathering 2017 yang diselenggarkan berkat kerjasama Serempak, Iwita dan KPPA serta Three Ends. pada akhir November lalu di Hotel Century Park, Jakarta Pusat. Acara ini bertema 'Menciptakan Konten Kreatif Berbasis Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sebetulnya, tema yang dibahas bukanlah hal baru. Namun karena kurangnya perhatian kita terhadap masalah ini, mala kita masih saja menemui kasus-kasus yang menyangkut kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dalam acara itu hadir beberapa narasumber yang sudah tidak asing lagi, yaitu Ibu Ratna Susiono SH, MM, Asdep Infrastruktur dan Lingkungan KPPA, Kang Maman Suherman, penulis dan blogger, Ibu Ina Rochman, advokat dan aktivis perempuan dan Martha Simanjuntak (founder Iwita). Belakangan, hadir pula Plt Deputi Kesetaraan Gender KPPA, Dra. Sri Danti MA.
Ibu Ratna seperti biasa memaparkan program-program yang dijalankan pemerintah. Pertama, adalah menyoalisasikan persepsi kata gender. Kebanyakan orang mengira bahwa gender hanya berlaku untuk perempuan. Padahal perspektif gender adalah untuk laki-laki dan perempuan.
Sosialisasi itu tidak bisa hanya dilakukan oleh KPPA, setidaknya ada 7 prasyarat yg harus dipenuhi. antara lain:
1. kemitraan
2. kebijakan
3. kelembagaan
4. SDM
5. Data
6. alat analisis
7. Partisipasi masyarakat
Mengenai isu perlindungan hak perempuan, misalnya dengan menyelenggarakan kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan perempuan lanjut usia dan kelompok rentan lainnya.Selain itu juga perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan, pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan sertra trafficking.
Isu utama lainnya adalah perlindungan anak. Antara lain mencakup pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak, pencegahan pornografi, perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus, sesuai dengan UU Perlindungan anak.
Program pemerintah untuk anak yang sedang dilakukan adalah mencegah perkawinan anak, memberi pengarahan tentang pengasuhan anak, menyoroti kesehatan anak dan menyediakan fasilitas untuk pendidikan anak yang memadai.
Sedangkan penulis best seller, Kang Maman mengungkapkan empat hal penting yang terjadi di Indonesia, yaitu:
1. Tingginya angka pedofilia dan pemberitaan bahwa Indonesia saat ini telah menjadi salah satu tujuan utama wisata seks, khususnya kaum pedofilia, termasuk dalam mendonlot situs pedofil dan mengupload kasus pedofilia di Indonesia.
Kang Maman mengingatkan agar ibu-ibu tidak mudah meng-upload foto anak-anaknya hanya karena ingin pamer. Foto anak-anak yang beedar di media sosial menjadi incaran kaum pedofilia. Selain itu, anak-anak dan remaja yang memiliki akun media sosial juga menjadi sasaran pedofilia.
Mereka tidak ragu merayu anak-anak untuk memperlihat tubuhnya yang telanjang dengan menawarkan sejumlah uang. Kaum pedofilia internasional sudah mengetahui betapa mudahnya mendapatkan foto anak-anak telajang di Indonesia.
2. Bahaya persekusi yang makin menjadi , penghakiman massal dan perburuan sewenang-wenang terhadap orang yang diduga atau dituduh melakukan kesalahan , kemudian disakiti, dianiaya, dipersulit, bahkan ditumpas. Lebih parah lagi kemudian direkam dan disebarkan melalui media sosial.
Kita tentu masih ingat peristiwa buruh perempuan yang ditelanjangi dan kemudian diarak bersama pacarnya. padahal mereka tidak terbukti berbuat mesum. Kejadian ini menimbulkan trauma yang tidak akan hilang seumur hidup. Mudahnya orang melakukan persekusi menandakan lemahnya hukum kita, dan tatanan sosial masyarakat.
3. Masih tingginya angka kekerasan seksual, termasuk KDRT di Indonesia. Kasus-kasus KDRT semakin mencuat. Seperti suami yang membunuh istrinya baru-baru ini. Lalu ada pula seorang ayah yang melakukan kekerasan seksual terhadap anaknya.
Sedangkan Ina Rohman mengungkapkan bahwa kasus-kasus kekerasan seksual lebih sering didiamkan. Pertama karena keengganan keluarga korban yang merasa malu, kedua karena hukum belum berlaku secara tegas. Ia sangat kuatir terhadap anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
Kekerasan seksual terhadap anak bisa terjadi karena sebagian besar pelaku adalah orang yang dekat dengan korban atau keluarganya. Mereka sudah mengenal si pelaku dengan baik, tapi kemudian terjebak dalam perangkap si pelaku.
Beberapa contoh ekstrim, misalnya adalah bayi berusia 9 bulan yang diperkosa pamannya sendiri hingga meninggal. Kemudian perkosaan ayah terhadap anak yang baru ketahuan setelah beberapa tahun karena korban takut pada ancaman ayahnya.
Ina Rohman juga menyoroti kelemahan masyarakat yang suka mengkultuskan seseorang. Jika sudah memuja seseorang, mereka melakukan apa saja yang dikehendaki orang tersebut, meski berlawanan dengan ajaran moral dan agama. Sebagaimana seorang tokoh yang dianggap pemimpin pesantren, dan diikuti oleh banyak artis cantik, ternyata telah memerkosa 99 orang anak.
Kasus lain adalah penyanyi yang dari sebuah grup band terkenal yang sempat membuat heboh dengan video seks yang beredar di masyarakat. Penyanyi tersebut sekarang telah bebas dan menjalankan ativitasnya kembali.
Menghadapi banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual membuat Ina Rohman merasa ngeri. Dia berusaha memproteksi anaknya secara ketat. Ina Rohman bahkan memblokir hape anak-anaknya dari situs-situs tertentu agar tidak menjadi korban kejahatan melalui dunia maya.
Namun semua itu tidak akan menyadarkan masyarakat jika kita diam saja. Ibaratnya, kasus-kasus tersebut menjadi gunung es yang semakin besar dan sulit dipecahkan. harus ada upaya yang masif menyoalisasikan bahaya kekerasan seksual kepada masyarakat.
Di sinilah peran penting blogger sebagai salah satu ujung tombak literasi bagi mereka yang melek teknologi, dengan berbagai latar belakang pendidikan, sosial, budaya dan pekerjaan. Blogger atau netizen memiliki kepedulian yang tinggi pada isu-isu seputar perempuan dan anak.
Para blogger dapat menyoalisasikan berbagai topik terkait pemberdayaan dan perlindungan perempuan serta anak. Dengan demikian kita berharap dapat mencegah atau meminimalisir kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar