Kebab sudah identik debagai makanan dari Turki, meski sebenarnya di beberapa negara lain (jazirah Arab dan sekitarnya) juga memiliki jenis makanan yang mirip. Hal ini diperkuat juga dengan adanya sebuah brand makanan yang mengatasnamakan kebab Turki. Imaji orang Indonesia tentang kebab menjadi terbentuk sebagaimana jenis kebab yang dijual dan terkenal di Indonesia. Padahal sejatinya, kebab Turki tidaklah persis seperti itu.
Kebab di Turki
Apa yang dimaksud dengan kebab di Turki adalah makanan yang berbahan dasar daging. Jadi kebab tidak hanya berbentuk roti yang diisi daging potong atau daging gantung yang dipotong-potong. Memang sebagian besar makanan di Turki (main menu) adalah roti yang berisi daging, baik itu untuk di rumah maupun kios makanan. Di kedai-kedai makanan, kebab paling sederhana adalah roti yang dibelah lalu diisi potongan daging dan beberapa helai sayuran selada atau kubis, ditambah potongan tomat dan bawang bombay.
Kebab yang dijual di gerobak pedagang asongan yang murah meriah biasanya sembarangan. Baik roti maupun isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan cita rasanya. Saya pernah membeli kebab pada pedagang asongan yang ada dekat Kabatas, ternyata rasanya sama sekali tidak enak, membuat saya mual. Belum sampai makan separuh terpaksa dibuang. Setidaknya kebab yang dijual di kios atau kedai makanan memiliki rasa yang lebih baik, walau juga belum tentu enak.
Di sepanjang jalan Istiklal kita akan menemukan banyak penjual kebab, ada yang memang seperti apa yang dibayangkan di Indonesia, yaitu daging gantung yang kemudian diiris-iris tipis untuk isi rotinya, tapi ada juga yang tidak. Dari sekian banyak pedagang itu, hanya ada beberapa yang enak, umpamanya yang dekat persimpangan jalan menuju Galata Tower. Kalau kita mau mencari kebab yang betul-betul enak, terpaksa harus ke restoran yang harganya cukup mahal.
Di restoran kita akan mendapat alternatif beberapa pilihan kebab. Ada kebab yang menggunakan roti memanjang, ada pula dengan roti yang berbentuk bundar seperti burger, hingga yang berbentuk sate tanpa roti. Namun yang jelas, daging sebagai bahan utama, bukan roti. Kulit roti atau roti itu sendiri hanya sebagai pembungkus daging yang bisa digunakan atau tidak. Selebihnya adalah sayuran, bawang dan paprika. Sedangkan bumbu-bumbu adalah campuran dari beberapa rempah-rempah.
Satu hal yang pasti, kebab di Turki tidak menggunakan saos. Jarang sekali orang Turki memiliki dan menggunakan saos. Di sini hanya ada saos tomat, tetapi mereka lebih senang makan tomat segar ketimbang mengoleskan saos tomat. Anda juga jangan mencari saos sambel seperti di Indonesia. Kita memang penyuka sambel, tetapi tidak begitu dengan di Turki. Bukan mereka tidak menyukai rasa pedas, masalahnya adalah tidak ada tanaman cabai di sana. Cabai adalah barang langka, yang didatangkan dengan mengimpor dari negara-negara Tropis. Rasa pedas dalam makanan Turki lebih banyak didapat dari lada dan paprika. Di rumah-rumah, wanita biasanya menyediakan bubuk cabe kering yang dibeli di super market.
Mengingat kebab di Turki tidak menggunakan saos, maka cita rasanya juga tidak sama dengan kebab di Turki. Bagi yang sudah terbiasa menggunakan saos tomat dan saos sambel, mungkin merasa kurang sreg atau agak aneh. Begitulah sebenarnya kebab di Turki, lebih banyak tanpa saos, justru mayonese lebih mudah ditemukan dan digunakan daripada saos sambel. Kalau sudah cukup lama di Turki, maka kita akan terbiasa dengan makanan-makanan itu.
Kebab di Indonesia
Salah satu brand kebab di Indonesia yang mengidentitaskan sebagai kebab Turki menjadi ikon kebab. Brand ini bahkan sudah membuka cabang di berbagai negara, termasuk Eropa. Orang-orang sangat menyukainya. Kenapa? karena kebab ini menggunakan standar cita rasa orang Indonesia yang kaya akan bumbu. Kebab di Indonesia lebih enak daripada kebab Turki itu sendiri.
Indonesia sebagai penghasil rempah-rempah (untuk inilah dulu Indonesia dijajah Belanda dan Portugis), memiliki jenis bumbu terlengkap di dunia. Semua racikan bumbu masakan Indonesia menjadikan makanan sangat lezat dan nikmat. Bumbu-bumbu ini tidak ada di negara-negara Barat, termasuk Turki. Sehingga kalau kebab dibuat oleh orang Indonesia, maka bumbunya jauh lebih sedap dan cita rasanya lebih nikmat.
Dalam hal ini terjadi simbiosis mutualisma antara kuliner Turki dengan Indonesia. Turki menjadi terkenal di mata orang Indonesia karena salah satu makanannya digemari. Sedangkan Indonesia menjadikan nama Turki sebagai brand makanan yang akhirnya laris manis. Maklumlah orang Indonesia sering terpukau dengan kehebatan negara-negara lain, padahal negeri sendiri mendapatkan banyak anugerah dari Tuhan yang tidak ada pada negara lain.
kebab Turki ala Indonesia (dok.Baba Rafi)