LANGIT ADALAH ATAPKU. BUMI ADALAH PIJAKANKU. HIDUP ADALAH SAJADAH PANJANG HINGGA AKU MATI.
Minggu, 09 Februari 2020
Meriahnya Cap Go Meh Bogor 2020
Pada hari Sabtu, 8 Februari 2020, kota Bogor dipadati oleh masyarakat. Terutama di jalan Suryakencana, seberang pintu gerbang Kebun Raya. Di tempat itulah pusat perayaan Cap Go Meh yang menjadi agenda wisata setiap tahun, jatuh pada 15 hari setelah hari raya Imlek.
Semenjak pukul 12 siang, jalan Suryakencana telah ditutup untuk semua kendaraan. Di depan pasar berdiri panggung utama untuk para pejabat dan tamu undangan yang hadir. Sedangkan di Vihara Dhanagun, telah dipenuhi dengan para pendukung dan kontributor acara. Di Vihara Dhanagun sudah ramai sejak pagi.
Saya dan teman-teman pegiat medsos, blogger dan vloger mendapat kesempatan untuk meliputi acara akbar tersebut. Perlu diketahui, Cap Go Meh Bogor Street Festival berhasil masuk dalam 100 agenda nasional sebagai ajang budaya dan wisata.
Saya datang sekitar pukul satu siang. Jalan raya sudah macet dengan animo masyarakat menuju pusat kegiatan. Sesampainya di Vihara, saya langsung masuk ke dalam. Di sana disediakan lontong cap go meh untuk santapan para pendukung acara. Lumayan untuk mengisi perut yang lapar karena memang belum makan sejak pagi. Setelah itu barulah menemui teman-teman yang lain.
Acara dimulai sejak pukul dua siang, walaupun para tamu terhormat belum datang. Masyarakat yang haus tontonan disuguhkan atraksi seni dari beberapa komunitas. Ada tarian, pencak silat dan pawai. Di beberapa panggung kecil, ada pemain gamelan, angklung dan juga musik lainnya.
Setelah Ashar, para pejabat mulai berdatangan. Pertama tentulah tuan rumah, Bima Arya, Walikota Bogor. Ia didampingi pejabat setempat seperti Kapolres, ketua panitia dll. Acara resmi dimulai setelah kedatangan Fiber Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Menteri Pariwisata, Whisnutama. Doa bersama, dipimpin oleh pemuka agama dari enam tokoh agama di kota Bogor.
Tarian selamat datang adalah adat yang selalu disuguhkan dalam setiap acara. Tarian ini juga menggambarkan persatuan semua golongan. Para tamu utama diajak menari di depan panggung sebagai lambang pembauran. Kemudian penampilan Barongsai suci yang dipercaya sebagai penjelmaan Dewa.
Atraksi yang menarik perhatian adalah ondel-ondel milenial, yang dominasi dengan silver metalik. Tinggi ondel-ondel ini hampir tiga meter, digambarkan sebagai keluarga, ada ayah, ibu dan tiga anak. Walaupun satu orang yang membawa satu ondel-ondel, tetap bisa menari diiringi musik dan lagu berirama Sunda.
Lalu ada drumband yang cukup apik, dibawakan oleh para taruna yang gagah. Mereka mengenakan kostum macan atau harimau belang, yang menjadi ikon pasukan Siliwangi Jawa Barat.
Sedangkan pawai diikuti oleh beberapa komunitas, instansi dan Pemda sekitar Bogor. Ada banyak yang ditampilkan, seperti ondel-ondel egrang, ogoh-ogoh, ondel-ondel petani, dll. Mereka diserbu masyarakat untuk berfoto.
Acara ini begitu meriah karena didukung oleh 7450 orang dari berbagai kalangan, termasuk para pegiat medsos, blogger dan vloger. Kami senang dan puas melihat ribuan orang begitu antusias menyaksikan acara budaya ini. Cap Go Meh Bogor Street Festival memang menjadi ajang pemersatu bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar