PSBB di ini Jakarta diperpanjang. Tindakan 'rem darurat' ini dilakukan karena orang yang terpapar virus Corona semakin banyak. Jumlah orang yang terindikasi positif semakin tinggi, begitu pula yang meninggal dunia.
Padahal jauh-jauh hari Presiden Jokowi telah menegaskan 6 hal:
1. Sosialisasi protokol kesehatan harus dilakukan secara masif dan diawasi dengan ketat..
2. Perhitungan yang cermat dalam mengambil kebijakan, berdasarkan data dan fakta di lapangan.
3. Penentuan prioritas yang harus disiapkan secara matang mengenai sektor dan aktivitas yang dibuka.
4. Konsolidasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah, dari tingkat provinsi hingga RT.
5. Evaluasi dilakukan secara rutin dan jangan sampai lengah.
6. Perlu dilakukan upaya perubahan perilaku masyarakat secara sistematis dan komprehensif untuk memutus rantai Covid 19.
Ternyata dalam kelonggaran yang diberikan pada masa new normal beberapa waktu yang lalu tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk tetap patuh pada protokol kesehatan. Mereka abai menjaga diri sendiri dari kemungkinan terkontaminasi virus Corona.
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar membuat penambahan pasien juga meningkat pesat. Di beberapa tempat yang paling rawan penyebaran virus adalah tanah publik. Ironinya di situlah masyarakat berinteraksi tanpa melaksanakan protokol kesehatan.
Dari data penelitian, tingkat kepatuhan masyarakat hanya berkisar 30%. Duh, bagaimana Covid 19 mau minggat jika kita tidak mengindahkan peringatan dari pemerintah. Karena itu kementrian kesehatan menggandeng blogger untuk menyoalisasikan adaptasi perilaku dengan menerapkan 3 M, Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun.
Bloggercronys dan Kemenkes menggelar Seminar Online Bareng Blogger, Edukasi Protokol Kesehatan 3 M pada Rabu, 12.30 WIB. Hadir sebagai narasumber adalah Dr. Riskiyana S.Putra dan Dr. Rose Mini Agus Salim M.psi, moderator oleh Wardah Fajri, founder Bloggercrony.
Memang untuk menjangkau masyarakat, pemerintah perlu partner. Blogger yang juga menjadi bagian dan anggota masyarakat bisa ikut menyoalisasikan protokol kesehatan. Minimal dalam keluarga dan lingkungan terdekat.
Saya sendiri sering prihatin bila melihat orang-orang yang enggan mengenakan masker. Kebanyakan pedagang pinggir jalan, sopir angkot, bahkan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar. Di kampung-kampung boleh dibilang menjaga jarak adalah sesuatu yang nyaris tidak dilakukan.
Tetangga saya, ibu-ibu masih senang ngerumpi tanpa masker. Pernah saya tegur, jawab mereka bosan. Siapa sih yang tidak bosan? Tapi kita harus menerima dan beradaptasi dengan pola hidup yang lebih sehat agar terhindar dari virus Corona.
Karena itu saya lebih suka berdiam diri di rumah, hanya keluar seperlunya saja. Kalau terpaksa melakukan perjalanan, bukan hanya memakai masker, tapi dilengkapi face Shield, membawa tisu basah dan kering serta hand sanitizer.
Setiap naik turun kendaraan, juga mencuci tangan. Di setiap stasiun disediakan hand sanitizer di depan loket dan tempat mencuci tangan di dekat pintu. Tinggal kita mendisiplinkan diri untuk terus melakukannya.
Nah, kalau selalu mencuci tangan, pasti ada orang di sekitar kita yang melihat. Di antara mereka ada yang tergerak mengikuti. Di sinilah letak peran kita, memberi contoh sebagai bagian dari edukasi. Dan kemudian mengajak mereka secara halus.
Selain itu, sebagai blogger dan influencer, sudah pasti kita bisa menyebarkan kebiasaan baru ini melalui tulisan dan media sosial. Ini andil kita untuk bangsa dan negara Indonesia.