Banyak orang yang lebih peduli dengan kesehatan fisik. Padahal menjaga kesehatan mental juga tak kalah pentingnya. Keduanya harus seimbang, saling memengaruhi satu sama lain.
Menata hati mungkin lebih sulit daripada menjaga kesehatan fisik. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini, emosi kita terbanting-banting. Ada saja yang menimbulkan gejolak perasaan. Kalau tak pandai mengatasinya, mengendap dalam hati dan pikiran, akan mengganggu kesehatan fisik.
Maka, kita perlu menenangkan hati dan pikiran. Hal utama tentu kembali ke jalan Allah. Percayakan semua urusan kepadaNya, karena tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Tuhan.
Hati dan pikiran bisa tenang jika kita mampu menetralisir hal-hal yang negatif. Hilangkan semua pikiran buruk. Misalnya, iri, sakit hati, cemburu, benci dan dendam. Kita harus belajar menerima apa yang terjadi, ikhlas dengan ketentuan Allah SWT. Bagaimana pun, kemampuan kita sebagai makhluk ciptaan sangat terbatas.
Baru-baru ini saya kembali diingatkan akan pentingnya kesehatan mental. Yaitu ketika kakak kandung saya jatuh sakit. Tetiba kami sekeluarga baru tahu kalau dia sudah mengidap kanker. Pertumbuhan penyakit ini sangat cepat, dalam beberapa bulan, sudah mencapai stadium 4.
Saya mencari tahu apa penyebabnya, mengorek informasi dari kakak saya secara pribadi. Kemudian saya menganalisa dan berdiskusi dengan sahabat yang lebih tahu mengenai masalah kejiwaan seseorang. Apa yang saya temukan adalah bahwa kakak saya menyimpan kekecewaan yang teramat dalam, benci dan dendam kepada beberapa anggota keluarga.
Sekarang sudah terlambat, penyakit hati itu telah merusak fisiknya. Bahkan di saat kritis seperti ini, ia masih belum bisa melenyapkan kemarahan dalam hatinya. Sehingga ia justru tetap menderita, sementara anggota keluarga yang dibencinya kurang menyadari kesalahannya.
Sebenarnya dokter sering memperingatkan kita akan pengaruh emosi terhadap tubuh kita. Misalnya jika kita banyak pikiran, maka memicu meningkatnya asam lambung. Akibatnya, gas dari lambung naik dan menyesakkan dada, membuat kepala menjadi pusing.
Saya tidak ingin terjebak pada penyakit hati. Karena itu setiap malam berusaha introspeksi diri, agar tidak ada hal negatif yang menyangkut dalam hati dan pikiran. Tubuh ini juga amanah Allah yang harus dijaga sebaik mungkin. Bukan oleh orang lain, tapi tergantung kita sendiri.
Pilihan ada di tangan kita. Mau sehat fisik dan mental? Jangan sampai memelihara penyakit hati. Apalagi di masa pandemi, emosi memengaruhi imun kita dalam melawan virus corona.