Sarinah, pusat perbelanjaan yang berlokasi di jantung kota, pernah menjadi ikon ibukota. Gedung Sarinah adalah mal pertama yang didirikan pada masa pemerintahan presiden pertama RI Soekarno. Di tengah gempuran zaman, Sarinah tetap eksis dan bertahan.
Meski telah banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Sarinah menjadi salah satu pusat perbelanjaan favorit. Sarinah mempunyai kesan ramah terhadap semua golongan, siapa saja bebas ke sini, baik orang kaya ataupun tidak.
Sebenarnya Sarinah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tahun 1962 bergerak pada bidang ritel dan perdagangan. Dimana biaya pembangunannya berasal dari dana pampasan perang atau kompensasi dari pemerintah Jepang sebagai konsekuensi atas penjajahannya di Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II melawan sekutu.
Menyadari nilai sejarah yang terkandung dalam Sarinah, menteri BUMN Erick Thohir melakukan renovasi agar Sarinah kembali bersinar. Dengan memanfaatkan situasi pandemi Covid 19, Sarinah pun didandani selama dua tahun.
Senin 21 Maret 2022 kembali beroperasi untuk umum dengan wajah baru yang membuat semua orang takjub. Sesuai dengan tema 'Community Mall' diharapkan menjadi tempat anak muda dan komunitas untuk berkumpul bersama.
Pelataran parkir Sarinah disulap menjadi taman dan tempat kongkow. Kita bisa duduk di mana saja, berkumpul bersama teman-teman sambil menikmati suasana jalan Thamrin. Desain eksterior sangat menarik. Di sebelah kiri dan kanan ada tulisan Sarinah dengan warna merah.
Di dalam, lantai dasar ada mural yang menggambarkan kehidupan petani Indonesia. Di sebelahnya ada sejarah tentang Sarinah, beserta foto-foto yang menjelaskan sejarah Sarinah. Kemudian dekat tangga, ada cuplikan kata-kata mutiara Bung Karno yang membuat saya merasakan kehadiran sang pendiri bangsa.
Lantai bawah diisi dengan berbagai ragam kuliner Indonesia. Ada kios jamu tradisional untuk menjaga kesehatan. Lalu toko Sari-sari yang menyediakan kue-kue tradisional. Sedangkan lantai satu hingga lima diisi dengan produk-produk UMKM yang berkualitas ekspor. Tidak kurang dari 500 tenant telah mengisi gedung Sarinah.
Nuansa keindonesiaan sangat kental terasa, desain interior menampilkan kerajinan kayu, bahkan pada langit-langit gedung. Tidak ada sama sekali produk asing, termasuk gerai makanan cepat saji, sudah hengkang dari Sarinah.
Selain di pelataran, tempat asyik untuk berkumpul dan selfie adalah sky deck di lantai tiga. Sky deck sejenis dengan roof top, menikmati langit terbuka dengan view di depan jalan Thamrin.