Jembatan akar, ikon suku Baduy Dalam |
Pernahkah kamu meresapi suasana di tengah hutan? Kamu pasti akan merasakan ketenangan dan kedamaian di dalam jiwa ketika mendengar gemerisik dedaunan menari, atau kicau burung bersahutan. Kamu akan sadar betapa indahnya alam bernyanyi.
Begitulah yang aku rasakan ketika berada di tengah hutan Baduy. Suku Baduy tinggal di pegunungan, kabupaten Lebak, Banten. Untuk menuju ke sana, aku naik kereta ke stasiun Rangkasbitung, lalu disambung dengan naik Elf ke desa Ciboleger, Baduy luar.
Suku Baduy, masih berusaha mempertahankan adat istiadat, tapi mereka juga mengikuti perkembangan zaman. Baduy luar sudah banyak beradaptasi dengan masyarakat lainnya. Sebagian bangunan rumah sudah sama, begitu pula dengan sekolah. Ada anak-anak Baduy yang sekolah dan ada yang tidak.
Perkampungan Baduy Luar |
Namun suku Baduy Dalam jauh lebih ketat menjaga adat istiadat. Bukan berarti mereka masyarakat primitif dan terbelakang, melainkan mempertahankan kearifan lokal dan budaya yang sudah berlangsung turun temurun.
Ke perkampungan Baduy dalam
Kita tidak akan mengerti kehidupan sehari-hari suku Baduy Dalam jika tidak pernah ke sana. Ada banyak hal yang bisa dijadikan teladan dari mereka. Karena itulah Presiden Jokowi dan beberapa menteri memberikan perhatian khusus. Bahkan menteri-menteri tersebut bersusah-payah untuk datang ke perkampungan Baduy Dalam, padahal medan yang ditempuh cukup sulit.
Butuh waktu lima jam menuju tempat bermukim suku Baduy Dalam. Dari desa Ciboleger, berjalan kaki dengan track yang terjal. Kita melewati perkampungan Baduy Luar yang naik turun. Tapi itu belum separuh perjalanan. Batas wilayah Baduy Luar dengan Baduy Dalam adalah gazebo, jembatan bambu yang melintasi sebuah sungai.
Perjalanan berat yang sesungguhnya baru dimulai setelah jembatan gazebo. Kita melewati lereng-lereng gunung yang menjadi tempat bertanam padi Baduy luar. Ya, mereka tidak punya sawah karena berada di pegunungan, oleh sebab itu bertanam padi hanya bisa di lereng gunung.
Tanaman padi milik suku Baduy Dalam |
Kemudian perjalanan turun naik bukit, kadang berada di tepi jurang yang curam. Akan lebih berat lagi saat hujan turun karena jalan setapak yang dilalui menjadi sangat licin. Salah melangkah atau tidak kuat, bisa mengakibatkan tergelincir ke dalam jurang. Untunglah setiap traveler sudah berbekal sebatang tongkat kayu sebagai penahan. Tongkat ini dapat dibeli di Baduy Luar sebelum kita memulai perjalanan.
Aku yang sudah menua dengan berat badan bertambah merasakan kesulitan itu. Kaki diserang kram karena kurang berlatih mendaki gunung, ditambah hawa dingin yang menyergap akibat hujan deras. Tapi orang Baduy Dalam yang menemani aku tidak bosan memberi semangat.
Kami melewati hutan-hutan dengan pohon tinggi menjulang serta sungai-sungai kecil, Suasana sangat sepi, jarang bertemu atau berpapasan dengan manusia lain. Walaupun begitu aku sangat menikmatinya. Aku tidak takut berada di alam bebas. Aku justru merasa aman di sini.
Berangkat pukul satu siang, kami baru tiba di desa Baduy Dalam hampir Maghrib. Aku dan rombongan bermalam di salah satu rumah. Perkampungan Baduy Dalam ini bentuk rumahnya sama semua, sehingga jika tidak cermat bisa kesasar ke rumah lain. Setelah istirahat sejenak, minum teh atau kopi panas yang disediakan tuan rumah.
Tanpa listrik dan internet
Di perkampungan Baduy Dalam tidak ada listrik dan internet. Untuk orang yang terbiasa selalu pegang gawai, bisa mati gaya. Apalagi tidak boleh memotret apapun, baik itu dengan telepon genggam atau dengan kamera. Jangan sekalipun melanggar peraturan ini karena nanti mendapat hukuman. Kita tidak akan bisa mengambil foto secara diam-diam, mereka akan tahu dengan caranya sendiri.
Sebelum menjadi sangat gelap, maka sebagian tamu berusaha mandi di sungai yang lokasinya hanya beberapa meter dari belakang rumah. Tidak boleh menggunakan sabun, odol atau sesuatu yang mengandung zat kimia. Apakah bersih? Jangan kuatir. Air sungai cukup jernih dan mengalir dari hulu. Buktinya, kulit suku Baduy Dalam putih tanpa skincare. Paras wajah yang pria tampak tampan dan yang perempuan cantik. Aku terkagum-kagum melihat seorang anak gadis Baduy Dalam yang sangat cantik, lebih mirip orang Eropa.
Larangan menggunakan zat kimia untuk menjaga kelestarian alam agar tidak ada polusi yang bisa merusak bumi. Kita juga tidak boleh membuang sampah sembarangan, harus dikumpulkan lalu nanti dibawa kembali.
Hal-hal inilah yang seharusnya kita lakukan jika kita peduli untuk menyelamatkan bumi. Kita terlalu diperbudak kehidupan modern yang cenderung merusak alam. Padahal kita juga yang akan menanggung akibatnya.
Suku Baduy Dalam tidak menebang pohon sembarangan kecuali untuk keperluan membangun rumah. Itupun lebih memilih pohon yang roboh karena angin besar. Rumah memang terbuat dari bahan bambu dan kayu beratap rumbai-rumbai.
Penerangan di dalam rumah kalau malam hari menggunakan obor. Tapi kami diperbolehkan memakai senter sebagai alat bantu penerangan. Senter ini sangat berguna ketika harus ke sungai tengah malam.
Suku Baduy Dalam bergotong royong dalam segala hal. Kalau ada yang menikah, dirayakan secara sederhana, makan-makan dengan hasil masakan yang dimasak bersama-sama. Pada musim berburu, sekitar bulan Pebruari, rusa yang didapat diserahkan kepada pemangku adat dan kemudian dibagi.
Sangat menyenangkan pagi-pagi minum kopi sambil mendengarkan kicauan burung. Masih banyak burung elang yang terbang melintasi pepohonan. Bahkan kita bisa dikejutkan oleh jeritan sejenis kera yang berlompatan dari pohon ke pohon. Suku Baduy Dalam tidak mengusik mereka.
Di sini kami membeli madu yang didapat suku Baduy Dalam dari atas pohon. Madu asli yang sarat dengan khasiat. Beberapa kerajinan tangan seperti tas dari kulit pohon juga ditawarkan. Produk mereka sangat terbatas karena dikerjakan dalam waktu yang cukup lama.
Senyum orang-orang Baduy yang ramah, tanpa dibuat-buat. Mereka tidak terkontaminasi kepalsuan orang-orang kota, jujur dan apa adanya. Kehidupan mereka begitu tenang dan damai.
Kalau kamu ingin mendengar alam bernyanyi, datanglah ke pemukiman suku Baduy Dalam. Di sini tempat healing yang sesungguhnya, melepaskan diri dari kepenatan hidup di kota besar.
Jangan lupa sambil mendengarkan lagu #DengarAlamBernyanyi yang bisa diunduh di sini. kamu akan merasakan "down to earth ' di perkampungan Baduy Dalam.
Hutan Indonesia yang Menakjubkan
Hutan tempat tinggal Baduy Dalam hanya sebagian kecil dari hutan-hutan yang ada di Indonesia. Cobalah untuk menjelajah hutan-hutan di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya. Kita kaya akan hutan-hutan tropis dengan aneka jenis tanaman dan binatang. Karena itu disebut sebagai paru-paru dunia, #HutanKitaSultan
Keanekaragaman hayati yang ada di hutan-hutan tropis Indonesia tak ada di negara lain. Misalnya burung cendrawasih, anoa, komodo dan sebagainya. Ini adalah anugerah sekaligus amanah dari Tuhan, maka seharusnya dijaga dengan baik.
Sayangnya hutan menghadapi berbagai ancaman:
1. Pembukaan lahan hutan untuk perusahaan
Banyak manusia serakah yang merambah hutan untuk memperkaya diri. Hutan tropis dan heterogen diganti dengan tanaman industri oleh perusahaan-perusahaan besar. Mereka mengeksplorasi hutan tanpa menjaga keseimbangan alam.
Mereka tidak peduli dengan kearifan lokal suku asli. Bahkan memaksa suku asli untuk menyingkir dari bumi yang mereka cintai. Apakah kita tidak malu?
2. Ilegal logging
Penebangan hutan secara liar ini juga biasanya dilakukan perusahaan nakal yang bekerjasama dengan oknum pejabat terkait. Hutan menjadi gundul, tak mampu menahan air hujan. Inilah yang membuat banjir bandang sering terjadi.
3. Pembangunan villa dan perumahan elite
Di pegunungan, terutama di pulau Jawa, bukit dan pegunungan dirambah untuk rumah-rumah mewah. Banyak villa berdiri di lereng gunung agar mendapatkan pemandangan yang indah. Tetapi hal ini merusak lingkungan alam di sekitarnya. Akibatnya terjadi bencana longsor dan banjir.
4. Kebakaran hutan
Bencana kebakaran hutan terjadi karena dua hal. Pertama, kebakaran yang disengaja untuk membuka lahan. Ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kita bisa menyaksikannya di Sumatera dan Kalimantan.
Kedua karena ketidaksengajaan, dilakukan oleh orang awam. Misalnya tidak mematikan api unggun, membuang puntung rokok yang masih menyala dan sebagainya.
Gambaran hutan kita (dok.katadata.id) |
Mari kita mulai bergerak menyelamatkan hutan-hutan tropis Indonesia. Kita Kampanyekan cara menjaga hutan sebagaimana yang dilakukan suku Baduy Dalam. Ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup generasi mendatang. Bukankah kita tidak ingin mereka menderita?
Video by @laleilmanino
Yuk sosialisasikan penjagaan hutan dengan menggaungkan lagu Dengar Alam Bernyanyi yang bisa didapatkan di Apple Music dan Spotify. Ini harus dilakukan #UntukmuBumiku
Kita mulai dengan menjaga lingkungan sekitar. Jangan membuang sampah sembarangan, tanam pohon dau meminimalisir penggunaan zat-zat kimia yang berbahaya. #TeamUpforImpact
Kita tunjukkan bahwa kita mampu menjaga hutan-hutan tropis. Kita perlihatkan pada dunia bahwa #IndonesiaBikinBangga . Saya anggota dari Blogger Perempuan siap mendukung. Kamu gimana?
Follow Instagram @bloggerperempuan
Twitter: @Bperempuan
Facebook: Blogger Perempuan Network
Aku dan teman Baduy Dalam |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar