Melukis dengan metode cyanotype (dok.pri) |
Minggu, 24 September saya meluncur ke kawasan Mayestik, Kebayoran Lama. Kali ini saya mau hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan komunitas Koteka, berkolaborasi dengan Ruang Garasi. Event ini bertajuk "Visual Art Mini Workshop". Tetapi saya tertarik belajar seni lukis dengan metode anotype dan cyanotype.
Anotype adalah gambar yang dibuat menggunakan bahan dari tumbuhan. Proses ini awalnya ditemukan oleh Mary Somerville yang mempresentasikan penelitiannya kepada Sir John Herschel (yang sering salah dikutip sebagai penemunya) pada tahun 1842. Emulsi tanaman, buah, atau sayuran peka cahaya lainnya.
Selembar kertas ditutup dengan emulsi, lalu dikeringkan. Beberapa daun, foto transparan positif atau bahan lain ditempatkan di atas kertas; kemudian disinari sinar matahari penuh secara langsung hingga bagian gambar yang tidak tertutup bahan menjadi pucat oleh sinar matahari. Warnanya tetap berada di bagian yang dibayangi. Kertas tetap sensitif terhadap sinar tersebut.
Sedangkan cyanotype adalah formulasi pencetakan fotografi ekonomis dan bereaksi lambat yang peka terhadap spektrum sinar ultraviolet dekat dan cahaya biru terbatas, kisaran 300 nm hingga 400 nm yang dikenal sebagai UVA radiasi.Ini menghasilkan cetakan biru yang digunakan untuk seni sebagai citra monokrom yang dapat diterapkan pada berbagai dukungan, dan untuk reproduksi ulang dalam bentuk cetak biru. Untuk tujuan apa pun, proses ini biasanya menggunakan dua bahan kimia: besi amonium sitrat atau besi amonium oksalat, dan kalium ferricyanide, dan hanya air untuk mengembangkan dan memfiksasi.
Ruang Garasi, tempat pameran lukisan karya Sari Yok Kuswoyo beberapa waktu lalu. Di tempat ini mbak Kana Fuddy Prakoso, guru lukisnya memberikan pelatihan berbagai macam seni dengan menggunakan metode-metode menarik. Saya justru baru tau ada anotype dan cyanotype, duh kuper juga di dunia seni.
Sampai di tempat sudah dua orang teman. Saya berkenalan dengan mas Ari, yang menjadi mentor kali ini. Tentu saja ada Mbak Kana yang menjadi tuan rumah dan pembimbing utama.
Mbak Kana (dok.pri) |
Saya heran melihat banyak dedaunan di atas meja. Tadinya saya kira buat dimasak menjadi sayur, karena ada seledri. Ternyata itu adalah bahan-bahan untuk membuat seni lukis dengan metode anotype dan cyanotype. Hehehehe.
Setelah teman-teman lainnya berdatangan, acara segera dimulai. Mas Ari menerangkan cara membuat seni lukis dengan metode anotype. Kami diberi lembaran kertas putih aquarel yang mempunyai pori-pori. Bahan- bahan lainnya adalah pewarna alami yang bisa berasal dari kunyit, daun pandan, bayam, strawberry, buah naga dan sebagainya. Daun-daun itu sudah diblender dan diambil airnya yang berwarna.
Kuas yang digunakan, kuas biasa dengan berbagai ukuran. Bahan pewarna dijadikan dua jenis. Pertama tanpa alkohol dan kedua menggunakan alkohol sekitar 70%. Fungsi alkohol adalah untuk memunculkan warna menjadi lebih kuat. Jika tanpa alkohol, warnanya lebih pucat.
Kuas dicelupkan pada pewarna, lalu dioleskan pada kertas. Setelah dirasakan cukup, keringkan sejenak dengan angin. Kemudian letakkan dedaunan yang kita pilih, masukkan ke dalam pigura foto berkaca. Setelah itu dijemur selama dua jam di bawah sinar matahari.
Pengeringan di bawah sinar matahari (dok.pri) |
Kalau sudah kering, buka pigura buang daunnya. Kertas itu dicelupkan ke air yang mengandung deterjen untuk memunculkan warna. Hasilnya, lukisan dari dedaunan tadi. Keringkan lagi di udara, di bawah pohon.
Berbeda dengan anotype yang menggunakan pewarna alami, cyanotype justru menggunakan campuran bahan kimia. Untuk itu kita harus berhati-hati dengan memakai sarung tangan plastik. Jika terkena, kulit menjadi gatal-gatal.
Setelah dipraktikkan, ternyata tidak sulit. Nah kalau sudah latihan berulang kali, bisa menghasilkan sesuatu yang indah. Hasil seni ini bisa dijadikan pajangan ruang kerja, studio atau kafe kekinian yang trendi.