Bidan Rosmiati (dok.viva.co.id) |
Pernah ke Provinsi Riau? Saya pernah menjelajah ke seluruh wilayah Riau pada tahun 2004 karena menunaikan tugas. Riau, sebagaimana provinsi lainnya di pulau Sumatera, masih memiliki hutan dan desa-desa terpencil. Pertumbuhan ekonomi serasa berjalan lambat di sini, kecuali para pemilik hutan sawit.
Akses dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya tidak mudah. Jalan penghubung banyak yang rusak, tidak bisa dilalui kendaraan biasa. Selain itu, jarang terdapat angkutan umum yang bisa mengantarkan hingga ke pelosok-pelosok. Mini bus berhenti di terminal, setelah itu dilanjutkan dengan menggunakan motor ojek, yang ongkosnya sangat mahal. Kadang lebih dari Rp. 50.000,-
Belum lagi soal keamanan di jalan raya. Kita berusaha menghindari perjalanan pada malam hari. Jarang ada penerang di jalan sehingga tampak gelap gulita. Tidak heran jika begal merajalela. Kelompok begal ini tak segan-segan membunuh korbannya.
Fasilitas
Hal yang paling menyedihkan, kurangnya fasilitas umum untuk rakyat. Saya terenyuh melihat banyak warga yang harus susah payah berjalan kaki puluhan kilometer untuk pergi ke puskesmas. Inipun pelayanan di puskesmas tidak maksimal, dokter jarang datang, dan puskesmas serta perkantoran lain sudah tutup ketika tengah hari.
Sinyal telepon atau internet juga tidak stabil. Hanya di tengah kota besar saja sinyal menjadi kencang. Sedikit ke tepi kota, sudah mulai timbul tenggelam. Provider terkenal pun belum bisa menjamin kuatnya sinyal, apalagi di wilayah hutan dan perbukitan.
Secara pribadi, saya tidak mau tinggal di Riau. Saya yang biasa beraktivitas di ibukota dengan segala kemudahan, pasti akan sangat stres bila tinggal di sana. Sebelum pertumbuhan ekonomi merata di sana, lebih baik saya tetap di ibukota dan sekitarnya.
Karena itu, sungguh seperti hujan di padang gersang ketika ada seseorang yang mengabdikan hidupnya membantu masyarakat di wilayah yang sulit dijangkau. Misalnya, bidan yang membantu kaum ibu agar tetap sehat bersama anak-anak yang dilahirkan.
Bidan Rosmiati
Bidan Rosmiati tidak segan terjun ke daerah terpencil, yaitu Desa Tunggal Rahayu Jaya, Teluk Belengkong, Indragiri Hilir, Riau. Bagaimana dia memilih jalan pengabdian tersebut?
Rupanya Rosmiati menyadari pentingnya kesejahteraan ibu dan anak, lulusan Akademi Kebidanan di Padang, Sumatera Barat ini membuat program Tabungan Ibu Bersalin, yang ditujukan khusus bagi ibu-ibu yang akan menjalani persalinan di desa tersebut. Tabungan itu dia gulirkan melalui musyawarah dengan pemerintah setempat dan warga, khususnya para ibu ibu.
Baik pemerintah desa maupun warga menyambut baik dan menjalaninya dengan antusias. Apalagi, tabungan tersebut disesuaikan dengan kemampuan masing-masing warga. Program tersebut berhasil menyelamatkan ibu-ibu dari kesulitan ekonomi ketika melahirkan.
Bukan hal yang mudah untuk meyakinkan masyarakat yang rata-rata berpenghasilan rendah sebagai buruh tani. Apalagi mereka harus mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Namun dengan kegigihan Rosmiati, membimbing kaum ibu untuk keselamatan bayinya.
Berkat kerja keras ini yang membuat Rosmiati mampu mengalahkan 1.088 bidan dari desa lainnya dan menjadi satu dari lima orang yang menerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2012 untuk kategori kesehatan. Perlu diketahui, SATU Indonesia Awards 2012 adalah penghargaan yang diberikan oleh Astra kepada generasi muda yang memiliki prestasi di bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan, teknologi, dan kewirausahaan.
Program selanjutnya yang digulirkan Rosmiati adalah program Dana Sehat, yang ditujukan bagi seluruh penduduk Desa Tunggal Rahayu Jaya. Untuk mengikuti kedua program itu, setiap Kepala Keluarga (KK) Desa 29 Tunggal Rahayu Jaya cukup menyisihkan uang sebesar Rp 2.000 per bulan. Buah pikirnya itu, sungguh membuat warga saling membahu dalam kebersamaan peduli kesehatan. Program itu masih berlangsung hingga sekarang.
Kita berharap akan semakin banyak bidan-bidan seperti Rosmiati yang mencurahkan tenaganya untuk kesehatan masyarakat, terutama kaum ibu. Sebagaimana pesan pendiri bangsa Indonesia, Sukarno, bahwa wanita adalah tiang negara. Oleh sebab itu, kesehatan wanita sebagai ibu harus selalu diperhatikan. Ibu yang melahirkan generasi muda untuk masa depan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar