Tante Thea (dok.pri) |
Depok lama merupakan pemukiman Belanda Depok. Banyak rumah kuno dengan arsitektur Eropa masih eksis di sini. Keturunan mereka memiliki nama famili yang cukup dikenal. Di antaranya adalah Jacob dan Jonathan.
Di tengah booming berdirinya kafe-kafe, kawasan Depok juga bergeliat dengan kafe-kafe dan restoran baru. Belakangan, tren ini juga melanda penduduk keturunan Belanda Depok. Beberapa rumah peninggalan yang antik, dimodifikasi menjadi cafe apik dan menarik.
Salah satu kafe yang cukup menarik adalah kafe Tante Thea. Lokasinya ada di jalan Sumur Batu no. 10. Bisa diakses dari jalan di samping RS Hermina, lalu belok ke jalan Nusa Indah, terus saja sampai ketemu perempatan kecil, di mana ada rumah yang merangkap kafe Tante Thea. Bisa juga diakses dari jalan Siliwangi, setelah RS Hermina dan pom bensin, ada jalan ke kiri, lanjut saja langsung ketemu tempatnya.
Kafe Tante Thea dari depan (dok.pri) |
Masuk dari gerbang, ada parkiran yang lumayan luas untuk beberapa mobil dan motor. Di dekat pintu depan, terdapat sebuah sepeda ontel sebagai pajangan. Masuk saja ke pintu yang tertutup, kita akan mendapati ruangan tempat barista meracik kopi. Ada dua perangkat meja kursi juga untuk tamu.
Kalau datang dengan rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang, bisa masuk ruangan dalam. Ruangan terbuka yang menghadap belakang, juga merupakan jalan alternatif ke halaman belakang. Karena itu, ruangan ini sering digunakan untuk pertemuan atau rapat lembaga. Mereka yang mencari suasana yang berbeda.
Halaman belakang (dok.pri) |
Ada beberapa hidangan khas Belanda Depok. Misalnya bitterballen, klappertaart, dan salad buah. Saya mencicipi kopi yang sangat enak di sini, dinikmati dengan klappertaart yang lezat. Ini sudah cukup mengenyangkan perut saya. Sedangkan teman-teman yang masih lapar, memesan menu berat seperti nasi goreng tom yam.
Klappertaart (dok.pri) |
Tante Thea, dari fam Jonathan , kerap diminta bercerita tentang sejarah Depok. Ya, dia lahir sebelum Indonesia merdeka. Meskipun keturunan Belanda Depok, Tante Thea fasih berbahasa Sunda. Ingatan dia cukup tajam, mengisahkan apa yang terjadi pada zaman dahulu. Pada usia yang sudah 85 tahun, Tante Thea masih kelihatan sehat dan kuat.
Dalam mengelola kafe, Tante Thea dibantu anak dan keponakan. Mereka mempelajari resep yang diberikan Tante Thea. Di bawah bimbingan beliau, maka cita rasa makanan khas Belanda Depok bisa dipertahankan.
Banyak orang yang betah berlama-lama di tempat ini, karena suasananya tenang dan nyaman. Apalagi dengan pelayanan ramah dari keluarga Jonathan ini.
Tante Thea sedang bercerita (dok.pri) |
#kafe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar