Narman, pemuda Baduy (dok.ig.ayahriann) |
Masih banyak orang yang menganggap bahwa suku Baduy di Lebak, Banten adalah masyarakat terbelakang. Mereka tidak menjalani pendidikan formal, mengenakan pakaian sederhana dan rumah yang lebih mirip gubuk. Bahkan setelah suku Baduy diperkenalkan oleh Presiden Jokowi dengan memakai pakaian adat Baduy, mereka tidak percaya bahwa suku ini adalah salah satu harta karun Indonesia.
Ya, suku Baduy bagi saya merupakan permata terpendam yang sangat berharga bagi Indonesia. Inilah kekayaan Indonesia dengan beragam suku dan budaya. Ketidaktahuan sebagian masyarakat tentang suku Baduy karena mereka tidak pernah mengenal secara langsung suku Baduy. Mereka hanya menilai dari sisi fisik semata. Padahal suku Baduy memiliki banyak kelebihan yang tidak ada pada penduduk Indonesia umumnya.
Saya bersama teman suku Baduy Dalam (dok.pri) |
Beruntung saya pernah menjelajah kawasan Baduy hingga lokasi desa Cibeo, yang termasuk wilayah Baduy Dalam. Butuh lima jam berjalan kaki, naik turun bukit. Apalagi dalam cuaca buruk, dengan hujan yang dicurahkan dari langit. Trek terasa sangat terjal dan licin. Di sana saya mengenal kehidupan sehari-hari suku Baduy Dalam.
Pemukiman Baduy Luar (dok.ig.ayahriann) |
Jadi, suku Baduy terbagi dua, Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy Luar lebih terbuka. Lokasinya pun mudah ditempuh dengan kendaraan ke Ciboleger. Setelah itu kita bisa menyusuri perkampungan penduduk Baduy Luar sekitar 3 km, sampai perbatasan antara Baduy Luar dengan Baduy Dalam di jembatan Gazebo yang terbuat dari bambu.
Narman pendiri Baduy Craft
Untunglah kemudian ada kesadaran seorang pemuda Baduy Luar bernama Narman. Pada tahun 2016 ia berinisiatif memperkenalkan produk kerajinan tangan dari suku Baduy ke luar Baduy. Narman mulai mempelajari kemungkinan tersebut dengan memanfaatkan media sosial Instagram. Dia membuat akun Baduy Craft, yang mempromosikan produk- produk kerajinan masyarakat Baduy.
Narman dan tas khas Baduy (dok.baduycraft) |
Tidak cukup dengan Instagram, Narman lalu menawarkan produk kerajinan khas masyarakat Baduy melalui marketplace seperti Bukalapak dan Tokopedia. Tetap dengan brand yang sama dengan Instagram, Baduy Craft.
Tidak sia-sia Narman mempromosikan kerajinan masyarakat Baduy melalui media sosial Instagram dan marketplace. Ternyata mendapat tanggapan positif. Semakin banyak orang yang tertarik dan kemudian membeli produk kerajinan tangan dari suku Baduy.
Narman kemudian melangkah lebih jauh dalam memasarkan produk kerajinan tangan dari suku Baduy. Dia mulai mempromosikan melalui pameran-pameran yang digelar di beberapa wilayah seperti Jakarta dan Depok.
Dengan mengikuti pameran, Narman bermaksud menyasar konsumen yang ingin melihat langsung produk kerajinan tangan dari Baduy. Setiap ada event Ketika bernuansa Nusantara, Narman berusaha menghubungi pihak panitia. la meminta agar diperbolehkan berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan menampilkan produk kerajinan tangan dari suku Baduy.
"Saya mencari event yang bertema nusantara. Lalu saya daftar sendiri dan bayar sendiri. Ada yang membantu saya membuka stand di beberapa event. Akhirnya saya berhasil memasarkan produk-produk masyarakat baduy di pameran," cerita Narman, yang telah memiliki dua orang anak.
Menurut Narman, melalui pameran ia bisa bertemu langsung dengan para konsumen. Masyarakat menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang kerajinan tangan suku Baduy. Berkat tampil di pameran, maka pemasaran produk kerajinan tangan dari suku Baduy meningkat pesat. Ini tentu saja meningkatkan perekonomian suku Baduy. Satu hal yang bisa dibanggakan oleh Narman.
Apa yang dilakukan Narman telah membuka cakrawala pemasaran kerajinan suku Baduy. Penggunaan internet memberikan manfaat yang cukup besar. Berbagai produk kerajinan suku Baduy kini bisa dijual secara bebas. .
Internet dan peraturan adat
Perlu diketahui, ada aturan tersendiri di kawasan Baduy tentang penggunaan internet. Hal ini untuk menjaga keaslian suku Baduy, agar mereka tidak terkontaminasi hal-hal buruk dari luar.
Pada mulanya, tahun 2016 itu Narman sudah memiliki telepon genggam. Tapi hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi. Dia belum mengenal media sosial. Narman belum paham soal teknologi informasi yang menggunakan internet.
Namun dorongan untuk memasarkan produk kerajinan tangan dari suku Baduy membuat dia mencoba mempelajari internet secara otodidak. Dari situlah Narman menemukan inspirasi memperkenalkan produk kerajinan tangan suku Baduy melalui media sosial.
Narman di tengah hutan Baduy (dok.ig.ayahriann) |
Narman bercerita,"Saat itu lagi trending bikin akun Instagram. Maka bikin brand yang namanya Baduy Craft. Dengan adanya brand tersebut, produk yang sebelumnya susah dipasarkan menjadi lebih gampang karena pemasarannya yang lebih luas."
Konsekuensinya Narman harus belajar banyak hal. Salah satunya adalah belajar memotret produk agar tampil menarik. Di sisi lain , dia juga harus memahami alogoritma Instagram.
Kemudian ia terbentur dengan peraturan adat istiadat suku Baduy. Ia harus memberikan penjelasan kepada tokoh adat tentang apa yang dilakukannya. Narman berusaha meyakinkan tokoh adat bahwa pekerjaan ini memberikan manfaat bagi masyarakat Baduy. Dan dia menjamin tetap menjaga kehormatan adat istiadat suku Baduy.
Bukan hal yang mudah mendapatkan akses internet yang di wilayah Baduy. Narman dan teman-teman sejawat harus turun ke perbatasan agar mendapat sinyal internet. Setelah sampai di bawah, barulah dia bisa membuat konten.
Menyabet SATU Indonesia Awards
Keuletan Narman untuk mengangkat perekonomian pengrajin Baduy membawa berkah . Dia berhasil maju sebagai penerima penghargaan Sinergi Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Bidang Kewirausahaan pada 2018. Penghargaan tersebut adalah hadiah tak terduga bagi Narman. Usahanya selama ini dijalankan semata- mata untuk meningkatkan ekonomi suku Baduy.
Keluarga dan teman-teman Narman banyak yang membuat produk kerajinan. Tetapi akses pasarnya terbatas. Karena itu melalui Baduy Craft ini Narman membuka pemasaran secara lebih luas.
Apresiasi SATU Indonesia Award bagi Narman menjadi sebuah motivasi besar. Terutama brand Baduy Craft semakin dikenal banyak orang. Ia merasa mendapat suntikan energi untuk berbuat lebih baik. Apalagi dengan persaingan yang semakin tinggi.
Pandemi memukul Baduy craft
Sebagaimana situasi di seluruh wilayah Tanah Air, pandemi Covid 19 yang dimulai tahun 2020 ikut berdampak pada aktivitas perekonomian. Hal itu juga menimpa Narman dalam pengembangan Baduy Craft. Selama pandemi, omzet yang diperoleh menurun drastis.
Beberapa rencana kegiatan pameran yang akan digelar di beberapa daerah potensial terpaksa dihentikan. Begitu pula pesanan melalui marketplace ikut mengalami penurunan. Hal itu berdampak signifikan terhadap permintaan dan penjualan produk.
Boleh dibilang selama dua tahun produk Baduy craft tidak laku. Tapi mereka tidak putus asa. Setelah pandemi berakhir, mereka kembali bangkit. Narman pun menyesuaikan diri dengan perkembangan media sosial.
Sekarang Narman memperluas usaha di bidang wisata. Hal ini sejalan dengan program kemenparekraf yang gencar mempromosikan wisata di dalam negeri. Baduy semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Pemukiman Baduy Luar (dok.pri) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar