Gede Andika (dok.idntimes) |
KREDIBALI merupakan kependekan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan yang berada di Bali. Didirikan oleh I Gede Andika Wira Teja atau yang lebih sering dikenal dengan nama Gede Andika.
Lelaki muda itu merupakan seorang akademisi, Policy Researcher, sekaligus Social Worker. Kredibali sendiri adalah anak program dari Jejak Literasi Bali yang didirikannya pada tahun 2019.
Langkah Awal
Setelah menempuh pendidikan di Universitas Udayana selama 5 tahun, Gede Andika pulang ke Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali. Waktu itu bertepatan dengan perayaan Nyepi pada bulan Maret 2020. Gede Andika sudah bekerja dan bisa bekerja dari rumah (WFH) karena pandemi Covid 19. Pada saat yang sama, ia pun menunggu pendaftaran kampus untuk melanjutkan studi.
Gede Andika seringkali prihatin melihat kondisi sekitar ketika berkuliah di Bali Hatinya terketuk untuk berbuat lebih banyak, menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sambil melepas kangen, ia jalan-jalan berkeliling kampung. Desa Pemuteran memang kecil, tetapi terkenal eksotik karena posisinya diapit oleh pesisir dan perbukitan. Orang-orang Bali menyebut desa ini sebagai "Negara Gunung" karena ada bukit di sebelah selatan, laut di sebelah utara, dan di tengah-tengahnya ada desa yang menawan.
Bersamaan dengan keberadaannya, anak-anak di desa tersebut sudah menerapkan pembelajaran daring. Aturan tersebut sudah pemerintah terapkan dengan tujuan untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di lingkungan pendidikan.
"Dari sisi yang lain, ketika kebijakan tersebut diberlakukan, saya banyak menjumpai anak-anak yang tidak bisa mengikuti kelas daring tersebut," papar Gede Andika.
Gede Andika kuatir jika hal seperti ini dibiarkan, angka putus sekolah akan semakin meningkat. Menurut data dari Kemendikbud pada 2015/2016, Kabupaten Buleleng menjadi kabupaten dengan angka putus sekolah paling tinggi di Provinsi Bali. Dari sanalah, tercetus program KREDIBALI.
Berembuk
Butuh pengamatan yang saksama dan diskusi dengan beragam pihak untuk merealisasikan program ini. Untungnya , Gede Andika memang sudah membangun komunitas Jejak Literasi Bali sejak 2019. Ada beragam program edukasi anak, seperti mendongeng, mewarnai, membaca, menata perpustakaan, mengumpulkan donasi buku, dan lain-lain.
Sebetulnya tidak mudah bagi Gede Andika dalam merintis program ini. Banyak halangan, rintangan, dan pengorbanan. Antara lain, ia harus rela untuk membatalkan kuliah S2 dan beasiswa yang telah didapat. la harus fokus pada apa yang telah direncanakan. Dengan keputusan yang telah diambil ini artinya ia dapat lebih membantu banyak orang.
Gede Andika di kelas (dok.gnfi) |
Kondisi anak-anak pada masa Covid 19, banyak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena terkendala perangkat dan jaringan. Tidak semua anak memiliki perangkat dan jaringan yang mumpuni untuk dapat mengikuti program sekolah dari rumah. Anak-anak menjadi berputus asa dan memilih untuk membantu keluarga dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Seperti ikut orang tua menyabit rumput untuk pakan ternak dan membantu melaut bagi anak yang orang tuanya berprofesi sebagai nelayan.
Lalu, Gede Andika mencoba untuk menganalisis lebih dalam tentang apa yang sebaiknya dapat ia perbuat agar lebih bermanfaat dan juga mendapat dukungan dari masyarakat dan lain-lain. KREDIBALI adalah program yang bertujuan mengajarkan anak-anak belajar bahasa, terutama bahasa Inggris, dengan metode kreasi atau yang menyenangkan. Kendala yang paling dirasakan Gede Andika adalah bagaimana cara mengajari anak-anak di masa pandemi ini. Tentunya ada banyak hal yang perlu disiapkan, mulai dari perizinan hingga menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Gede Andika mencoba melakukan pengamatan dari Maret-Mei 2020. Ia pun bertukar pikiran dengan pihak desa, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Desa Pemuteran untuk membangun kelas luring sesuai protokol kesehatan.
la melihat bahwa Bali sangat kaya dalam sektor pariwisatanya, namun karena pandemi sektor pariwisata yang dulunya penuh, berubah drastis menjadi sepi. Karena itulah Kredibali sangat sesuai untuk membantu anak-anak SD dan SMP mendapat pelatihan Bahasa Inggris.
Gede Andika bersama murid-muridnya (dok.idntimes) |
Uniknya, pelatihan Bahasa Inggris yang diberikan oleh Kredibali tidak semata- mata gratis. Anak-anak yang belajar harus membawa sampah plastik sebagai alat tukar atas ilmu yang mereka dapat. Pemilihan sampah plastik sebagai alat tukar tidak lain adalah karena alasan sampah plastik dan pariwisata adalah dua masalah yang saling berhubungan.
Namun di Desa Batur, anak-anak harus membayar pelatihan Bahasa Inggris dari Kredibali dengan menyiram pohon sebelum berangkat belajar. Ini karena maraknya penggundulan hutan di daerah sana. Jadi, harus menjalankan program penyelamatan tanaman.
Anak-anak begitu antusias menyambut dan menjalani KREDIBALI ini. Sampai hari ini, sudah ada 3 periode dengan total sekitar 225 siswa. Dari jumlah itu, 150 siswa sudah terukur kemampuannya dengan jelas.
Literasi lingkungan
Selain edukasi bahasa, Gede Andika pun mengajarkan literasi lingkungan kepada anak-anak. Apa itu literasi lingkungan? Dilansir North American Association for Environmental, literasi lingkungan adalah kepedulian dan kesadaran akan lingkungan dan masalah-masalahnya, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk mencari solusi dan mencegah permasalahan baru.
Lantas, metode seperti apa yang dilakukan Gede Andika? la mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan meminta mereka untuk mengumpulkan sampah plastik sebelum mengikuti kelas bahasa.
Bekerja sama dengan Plastic Exchange, lembaga nirlaba bak sampah di Bali, sampah- sampah dari para siswa tersebut akan ditimbang dalam satuan kilogram. Dengan seperti ini diharapkan anak- anak penerus bangsa menjadi lebih menaruh perhatian pada lingkungan, khususnya pada sampah. Anak-anak menjadi mengerti bahwa sampah, hal yang kerap dipandang sebelah mata juga memiliki arti. Program ini juga membuat orang tua lebih tersadarkan oleh anak.
Gede Andika di kelas (dok.idntimes) |
Anak-anak menjadi inisiator, anak-anak sebagai pemberi reminder di keluarga, mereka dapat mengedukasi orang tuanya seberapa bahaya sampah jika hanya dibiarkan, dan seberapa bermanfaatnya apabila sampah dikelola dengan baik.
Sampah-sampah yang telah terkumpul tersebut bukanlah untuk para sosok di balik Kredibali, namun sampah tersebut nantinya akan ditukarkan lagi menjadi beras dan disumbangkan kepada lansia yang kurang mampu.
Salah satu capaian membanggakan dari Kredibali tentang sampah adalah untuk Desa Pemuteran telah mendapat 781 kg sampah yang ditukarkan menjadi beras sebanyak 320 kg dan telah disalurkan kepada 127 lansia yg membutuhkan.
Lalu, untuk daerah Desa Gianyar telah memperoleh 314 kg sampah yang ditukarkan dengan 118 kg beras dan disalurkan kepada 72 lansia.
Menurut Gede Andika, pembatalan master yang ia lakukan rasanya sangat sebanding dengan dampak yang didapatkan sekarang. Di daerah Batur ada satu hutan lindung, yang mana di kawasan tersebut ada sekelompok masyarakat yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di sana.
Satu anak di sana menanam satu pohon, mereka harus menjaga pohon tersebut hingga tumbuh dengan baik. Meskipun ini membutuhkan waktu panjang, namun hasilnya juga akan berdampak panjang. Penggundulan hutan yang terjadi di sana, perlahan tapi pasti mulai hijau kembali.
Pemulung (dok.idntimes) |
Atas dampak-dampak baik yang didapatkan membuat para penggerak Kredibali dan Jejak Literasi Bali menjadi semakin bersemangat dalam mengabdi. Betapa megahnya Bali yang dilihat orang-orang di luar sana, tidaklah terlihat benar-benar demikian.
Masih banyak anak-anak yang butuh uluran kebaikan, meraka yang di pelosok, mereka yang kurang mampu, mari sama-sama kita bantu. Jangan sampai mereka merasa malu. Mari setarakan pembangunan sumber daya manusia dan Pendidikan yang pantas untuk seluruh rakyat Indonesia.
Berkat kerja kerasnya, Gede Andika menerima Apresiasi Kategori Khusus: Pejuang tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 dalam 12th SATU Indonesia Awards tahun 2022. Baktinya kepada anak-anak Indonesia sangat inspiratif dan layak untuk jadi panutan para pemuda Indonesia.
Apresiasi SATU Indonesia Awards yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Gede Andika (dok.astra) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar