Selasa, 05 November 2024

Rengkuh Bayu Mahandaru Menyulap Pelepah Pinang Menjadi Pengganti Plastik

Rengkuh Bayu Mahandaru sebagai narasumber (dok.astra)

 Satu hal yang harus kita akui, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang keberlanjutan terus berkembang pesat. Ini seiring sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat hingga korporasi terhadap isu lingkungan dan ESG (Environmental, Social, Good Governance).

Salah satunya adalah "Plepah",  sebuah perusahaan rintisan yang didirikan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru yang berhasil memproduksu kontainer makanan dari bahan baku pelepah daun pinang pada 2018. Sebuah inovasi yang tak pernah terpikirkan oleh banyak orang.

Namun justru ide yang didapat Rengkuh Bayu Mahandaru, terinspirasi dari kehidupan masyarakat di zaman dahulu. 

"Idenya kembali pada kebiasaan leluhur kita dulu, yang membungkus makanan dengan menggunakan dedaunan. Itu coba kami lakukan kembali dan bisa dijadikan sebuah bisnis yang keren," ungkap Rengkuh Bayu Mahandaru.

Ide ini timbul ketika ia melihat kondisi laut di Indonesia banyak yang tercemar oleh berbagai material pembungkus makanan, baik yang terbuat dari plastik maupun styrofoam. Rengkuh pun kemudian menemui  masyarakat yang tinggal di Jambi. Ternyata mereka masih menggunakan daun pinang sebagai alat pembungkus makanan. Sejak saat itu, dia mengaku terinspirasi oleh tradisi masyarakat setempat, dan berupaya membawanya ke level lebih besar, melalui Plepah. 

"Kami mencoba lebih aware terhadap potensi material dari sumber daya lokal untuk dihilirisasi," kata Rengkuh.

Awalnya , tentu saja produksi masih kecil-kecilan, kemudian meningkat. Kini Plepah bisa menyuplai pembungkus makanan ramah lingkungan hingga lebih dari 120 ribu kontainer makanan per bulan. Usaha Rengkuh juga berhasil mengangkat pendapatan petani dan pengumpul pelepah pinang di tempat-tempat mereka bekerja.

Ironinya, Rengkuh melihat bahwa usahanya yang semula membawa pesan keberlanjutan bagi masyarakat Indonesia agar lebih peduli pada penggunaan material ramah lingkungan,  ternyata belum 'ditangkap' optimal oleh konsumen dalam negeri. Hal itu tercermin dari besarnya jumlah pesanan yang berasal dari luar negeri. Pasar luar negeri lebih tinggi dari dalam negeri. 

"Berorientasi pada profit memang menyenangkan, tapi berorientasi pada dampak justru menyedihkan. Ketika ini  dimulai, justru yang ingin disasar adalah isu dalam negeri. Mungkin belum saatnya," keluh Rengkuh.

Meskipun demikian, di masa mendatang Rengkuh bertekad terus meningkatkan kapasitas sambil berusaha mengefisienkan ongkos produksi agar produk Plepah bisa dijual lebih murah. Ini penting agar lebih banyak orang tergerak untuk menggunakannya. 

“Sustainability bukan hanya tentang tanggung jawab, tapi juga tentang membuka potensi tanpa batas," tegasnya.

Kontainer, wadah makanan dari pelepah 
(Dok. Rengkuh Bayu Mahandaru)

Keinginan Rengkuh Bayu Mahandaru adalah bahwa salah satu fokus bisnisnya di masa depan adalah mengeksplorasi lebih dalam tentang limbah pertanian. Menurut dia, hal tersebut memiliki nilai ekonomi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar penghasil energi baru terbarukan (EBT).

"Selain itu, limbah pertanian juga bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan produktivitasnya, setelah tercemar oleh berbagai bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk," jelas Rengkuh.

Dengan langkah kecil ini, Rengkuh berharap bisa lebih berkontribusi pada perbaikan lingkungan, khususnya pengurangan sampah di Indonesia. Ini membuka   potensi pemanfaatan berbagai sumber daya lokal untuk bisa digunakan secara berkelanjutan dengan program berkesinambungan.

Kegigihan Rengkuh Bayu Mahandaru membuahkan hasil. Ia menerima Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023 Kategori Kelompok. Bahkan Rengkuh Banyu Mahandaru telah berbagi kisah inspiratif sebagai Pejuang Lingkungan Bermodal Limbah Pelepah.

"Sustainability bukan hanya tentang tanggung jawab, tapi juga tentang membuka potensi tanpa batas. Dengan mengintegrasikan inovasi dan konservasi, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik dan sejahtera semua," ujar Rengkuh.

Piring dari pelepah pisang (dok.rengkuh)


Tahun ini Astra menggelar 15th SATU Indonesia Awards 2024, dengan mengusung tema 'Bersama, Berkarya, Berkelanjutan. Ajang penghargaan ini merupakan bentuk komitmen Astra untuk bermanfaat bagi bangsa dan negara. Apresiasi yang diharapkan dapat semakin banyak menjaring generasi  muda inspiratif bangsa yang senantiasa semangat membangun negeri bersama, berkarya, berkelanjutan untuk hari ini dan masa depan Indonesia.

Perjalanan Astra diawali dari  langkah kecil generasi muda yang memberi perubahan besar bagi masyarakat sekitarnya.  Hingga kini terus membawa SATU Indonesia Awards secara konsisten dan berkesinambungan menjaring dan mengapresiasi pemuda inspiratif bangsa yang senantiasa berkontribusi mendukung tercapainya pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

SATU Indonesia merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk turut berperan aktif serta memberikan kontribusi demi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia. Sejak tahun 2010 Astra telah menyelenggarakan SATU Indonesia Awards.

SATU Indonesia Awards adalah salah satu bentuk komitmen Astra untuk 'Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara', sebagaimana tertuang dalam butir pertama filosofi Catur Dharma Astra. 

Para pemenang SATU Indonesia Awards (dok.astra)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar