Selasa, 17 Desember 2024

Setiap Perbuatan Ada Risikonya

Keluarga Sunhaji


Belajar dari peristiwa tentang seorang ustadz dihujat masyarakat setelah video penghinaan terhadap penjual es teh viral, menjadi bukti bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Sebagai figur publik, tindakan tercela yang dilakukan berulang kali tidak hanya mencoreng nama baiknya, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat. 

Akhirnya, ia diberhentikan dari jabatannya sebagai bentuk reaksi atas perbuatannya. Hal ini mencerminkan bahwa siapa yang menanam perbuatan buruk, pada akhirnya akan menuai dampak negatifnya, sebagaimana hukum sebab-akibat berlaku dalam kehidupan.

Namun, kejadian ini juga dapat dilihat sebagai bentuk teguran Allah agar pelaku menyadari kesalahannya. Kehilangan jabatan dan kehormatan bisa menjadi jalan introspeksi untuk memperbaiki diri dan bertobat dari perilaku buruknya. 

Dalam Islam, ujian sering kali hadir sebagai bentuk kasih sayang Allah agar hamba-Nya kembali ke jalan yang benar. Jika pelaku memanfaatkan momen ini untuk memperbaiki akhlak dan hubungan dengan Allah, musibah ini justru dapat menjadi awal dari perbaikan hidupnya di masa depan.

Di sisi lain, korban penghinaan mendapatkan simpati luas dari masyarakat. Bantuan berupa uang ratusan juta, sepeda motor, rumah, hingga hadiah umrah menunjukkan bahwa Allah tidak membiarkan hamba-Nya yang terzalimi.

 Solidaritas masyarakat juga menjadi wujud empati dan penghargaan terhadap kesabaran korban. Hal ini membuktikan bahwa setiap musibah, jika dihadapi dengan ikhlas, dapat berubah menjadi jalan rezeki dan keberkahan yang tak terduga.

Peristiwa ini memberi banyak pelajaran. Bagi pelaku, ini adalah teguran untuk berubah. Bagi korban, ini adalah ujian kesabaran dan rasa syukur. 

Sementara bagi masyarakat, ini mengajarkan pentingnya empati dan keadilan. Pada akhirnya, setiap perbuatan, baik maupun buruk, akan membawa dampaknya, dan Allah senantiasa memberikan hikmah bagi mereka yang mau mengambil pelajaran.


#sunhaji#

#penjualesteh 

#muhasabah 

#hikmah

Senin, 16 Desember 2024

Mengenal Over Parenting: Menciptakan Anak Manja

 

Dokter muda yang manja (dok.kumparan)

Baru-baru ini terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak muda terhadap orang lain. Baik itu dilakukan sendiri ataupun memerintahkan anak buahnya. Sikap mereka menunjukkan bahwa mereka adalah anak yang terbiasa manja dan dimanjakan oleh orang tuanya.  Ini disebut "anak mahal".

Fenomena "anak mahal" dari keluarga kaya terjadi ketika orang tua terlalu memanjakan dan membela anak mereka tanpa batas. Pola asuh ini sering disebut overparenting  atau helicopter parenting, di mana orang tua selalu menyediakan segala kebutuhan anak, bahkan melindungi mereka dari konsekuensi kesalahan. 

Hal ini biasanya dilatarbelakangi kemampuan finansial yang berlebih, keinginan melindungi anak dari kesulitan hidup, serta kurangnya pemahaman tentang pengasuhan yang seimbang antara kasih sayang dan kedisiplinan. Akibatnya, anak tumbuh dengan pola pikir bahwa mereka selalu benar dan pantas mendapat perlakuan istimewa.

Dampak pola asuh ini pada anak cukup serius. Anak cenderung menjadi kurang mandiri karena terbiasa bergantung pada orang tua dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, mereka sering menunjukkan perilaku egois dan sulit menerima penolakan atau kritik.

 Ketika harus menghadapi realitas dunia kerja atau konflik sosial, anak-anak ini rentan mengalami kesulitan beradaptasi. Tidak jarang pula muncul masalah psikologis, seperti tekanan emosional akibat ekspektasi tinggi orang tua yang tidak diimbangi dengan keterampilan hidup yang memadai.

Bagi orang tua, pola asuh seperti ini juga berdampak negatif. Mereka kerap merasa frustrasi ketika anak tidak menunjukkan tanggung jawab atau kemandirian meskipun diberi fasilitas berlimpah.  

Dalam jangka panjang, anak yang tidak mandiri akan terus bergantung pada orang tua bahkan hingga dewasa, menciptakan beban tambahan bagi keluarga. Konflik internal juga sering muncul ketika orang tua mulai merasa gagal dalam pengasuhan, yang bisa merenggangkan hubungan keluarga.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi orang tua untuk mendidik dengan keseimbangan antara kasih sayang dan kedisiplinan. Anak perlu diajarkan nilai kerja keras dan kemandirian sejak dini, dengan memberi mereka ruang untuk membuat keputusan dan belajar dari konsekuensinya. Selain itu, orang tua harus memahami bahwa tantangan adalah bagian dari proses pendewasaan anak.

Anak manja (dok.cnn)


#parenting